dakwatuna.com – Pembaca tak akan memahami betapa fantastisnya keharuan dalam gambar surat kabar yang terpampang itu, jika belum mengetahui peristiwa awal mula brother Blake tersebut menyatakan syahadatnya.
Jika tidak tahu siapa Blake, beliau adalah seorang pemain bintang ‘Rugby League’ yang sedang mengalami salah satu musim terbaik dalam karirnya tahun ini, sampai kemudian ia ‘dibuang dari The-NSW Origin Squad dan dipecat dari timnya sendiri Canberra Raiders dikarenakan penyerangan tidak sesuai aturan dan bermasalah dalam penyalahgunaan alkohol. Ia amat terpukul, ia merasa hancur. Ia telah mengalami masa jatuh saat itu, terjerumus di jurang terdalam dengan problema tersebut dan media menodai citranya dengan berulang-kali mengatakan bahwa dia tidak pantas mengenakan ‘jersey NSW’—perjuangan karir dan cita-citanya sepanjang masa muda ini.
Segera setelah ia dicoret dari timnya, sepupunya Anthony Mundine (Muslim muallaf dan juara petinju) tidak membuang waktu dan bergegas membantunya. Anthony langsung menyetir mobilnya menuju ke hotel tempat tim NSW berada pada pukul 8 pagi hari dan berjanji untuk tetap di sisi saudaranya sampai keadaan menjadi lebih baik. Ia menolak untuk disebut-disebut bahwa brother-nya sebagai seorang pecandu alkohol kelas berat, tetapi mengatakan bahwa berikanlah kesempatan, bahwa dia akan membantunya melewati masa menuju titik balik, karena kejadian itu ‘hanya’ sebuah skenario hidup saat melalui masa-masa sulit.
Sudah tentu titik balik brother Blake adalah kembali kepada ‘janji-Nya’ kepada Tuhan, Sang Pencipta, brother Anthony mengajaknya untuk berpikir logis mengenai tujuan penciptaan diri kita di muka bumi, bahwa kita adalah manusia, hamba-NYA, yang harus menerapkan aturan-aturan-NYA. Petunjuk jalan kita adalah Al-Islam, keselamatan di dunia dan akhirat.
Orang-orang penggemarnya serta para pencari berita dapat melecehkan dan menghinanya jika berada dalam keterpurukan, sedangkan Al-Islam malah mengarahkan dirinya untuk kembali menuju jalan selamat.
Begitulah, Allah azza wa jalla melimpahkan hidayah-Nya kepada brother kita ini, ia menyadari bahwa hanya Allah SWT yang mengerti solusi hidupnya. Ia merasa bersyukur bahwa masih ada kesempatan untuk bertaubat, masih punya waktu untuk memperbaiki dan menjaga organ-organ tubuhnya tatkala hidayah Allah SWT telah didekap saat ini.
Congrats, brothers! Sudah beberapa bulan sejak kejadian itu, dan kita bisa katakan Alhamdulilahirabbil ‘alamiin. Allah ta’ala telah menuntun Blake Islam melalui tindakan sederhana dari sepupunya, kebaikan dan kasih sayang dari brother kita, Mundine. Ini adalah nilai-nilai Islam yang benar, yang diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Islam terbukti merupakan jalan hidup beraturan, indah dan tertib untuk semesta, (bagi seluruh muslim atau non muslim), fenomena zaman ini, mereka kembali kepada al-Islam setiap kali mereka membutuhkan (berada dalam keterpurukan). Bermakna bahwa Allah ta’ala yang langsung memberikan didikan-Nya, pelajaran-pelajaran dari-Nya.
Sedangkan kita yang telah lama menjadi muslim, bagaimanakah kondisi diri ini? Masihkah kita ingat bahwa ‘menzhalimi diri’ adalah hal yang dilarang? Masih banyak muslim yang ‘cuek’ meneguk minuman beralkohol serta membiarkan organ-organ tubuhnya kian rapuh akibat hantaman minuman keras itu, na’udzubillah minzaliik… (Apalagi ketika berjumpa muslim yang minim komunitas, saat di Eropa, tak ada yang mengingatkannya atas perbuatan tersebut, namun bila diingatkan, malah pergi menjauh). Masih banyak di antara kita yang tidak peduli dengan honor atau gaji yang diperoleh, halal atau haram disantap dengan ‘cuek’, tanpa rasa takut akan azab-Nya. Bahkan kian gelaplah hati dan wajah dengan bertambah maksiat dalam keseharian kita, meskipun jutaan da’i dan da’iyah selalu hadir di sekitar kita, nasihat yang diberikan telah menguap tanpa bekas, naudzubillahiminzaliik.
Sungguh air mata bahagia atas hidayah-Nya sangat deras jika mengenang kisah emosional para muallaf, saya pun mengenang seorang sister yang memiliki kebiasaan buruk seperti brother Blake dahulu. Di Krakow, sister tersebut dulunya sering bertengkar dengan suami gara-gara sama-sama kecanduan, rokok dan alkohol, sepasang benda penghancur raga manusia. Bahkan akhirnya mereka bercerai. Atas izin-Nya, ia menemui jalan kebenaran, agama Islam yang sekarang dipeluknya. Meski dengan ‘tangis pengorbanan luar biasa’, ia harus menyesali kepergian janin yang dirindukannya, ia harus menyesali diri karena nikmat sehat telah diabaikannya dalam waktu yang lama. Kita harus berkaca diri, Islam adalah solusi bagi kita semua.
Subhanallah, selalu ada iktibar buat kita yang memiliki akal sehat dan nurani penuh rasa syukur, insya Allah. Semoga Allah SWT menjaga brothers dan sister muallaf ini, memantapkan ketabahan hatinya dan membuat perjalanannya mudah, Aamiin. Barakallah…
Salam Ukhuwah, @bidadari_azzam, Kuala Lumpur, Dzulhijjah 1435 H
Tentang bidadari_Azzam
Sri Yusriani, ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti alm H. Majid, biasa dikenal dengan nama pena bidadari_Azzam, lahir di Palembang, 19 Juni 1983. Mantan pelajar berprestasi ini sangat senang membaca & menulis sejak kecil (memiliki ratusan sahabat pena sejak SD hingga SMU sehingga terbiasa bersurat-menyurat), terutama menulis puisi. Syair dan puisinya serta cerita-cerita mini pernah menghiasi majalah Bobo, surat kabar lokal serta beberapa majalah nasional. Semasa menjadi putri kecil yang malu-malu, ia mengoleksi tulisan karya pribadi dan hanya dinikmati seisi keluarga serta bapak-ibu guru di sekolah. Beberapa prestasi yang terkait menulis adalah juara pertama menulis dan menyampaikan pidato kemerdekaan RI tingkat kotamadya Palembang, pada tahun 1997, Peserta termuda buku Antologi Puisi Kepahlawanan Pemda SumSel, serta kejuaraan menulis di beberapa majalah lokal dan nasional. Pernah menyabet juara 3 lomba puisi tingkat kodya Palembang, juara 2 menulis cerpen islami tingkat kodya Palembang yang diadakan ForDS (Forum Dakwah Sekolah), dan pada tahun 1999, semasa masih SMU dipercaya untuk menjadi pembimbing kepenulisan bagi sang ayah ketika mengikuti lomba membuat karya ilmiah tentang keselamatan kerja di Pertamina (menghadapi persaingan dengan para mahasiswa yang sudah S2 dan S3), dan Alhamdulillah, karya tersebut terpilih menjadi juara pertama. Lima tahun terakhir ini, ia tinggal di luar negeri, jauh dari bumi pertiwi. Hobi menulis pun terasah kembali, mengalirkan untaian kata pengobat rindu jiwa, sehingga kini kian aktif menulis artikel di beberapa website dan milist islami. Kini sedang mempersiapkan buku mengenai pengalaman pribadi sebagai sosok muslimah yang menikah di usia amat muda (ia menikah saat berusia 19 tahun), “Tentunya dengan ragam keajaiban yang saya temui, betapa saya amat merasakan kasih sayang Allah ta’ala dalam tiap tapak kehidupanku ini.” Prinsipnya dalam menulis, “Bagiku, Menulis itu dengan hati, dianalisa oleh semua indera, tak bisa direkayasa, tak boleh terburu-buru pula. Menulis itu adalah mengukir tanda cinta pada-Nya, mengharapkan apa-apa yang menjadi tulisan adalah cambuk motivasi diri sendiri dan dihitung-Nya sebagai amal jariyah”. Ia mengecap bangku kuliah di UPI-Bandung, dan UT-Jakarta, Lulus sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi. Kegiatan saat ini menikmati peran menjadi ibu dari tiga jagoan ; Azzam, Sayyif dan Zuhud, mendukung penuh tugas suami yang mengemban project perusahaan di negara-negara lain, sekaligus mengatur jadwal sekolah bahasa Polish, serta menjadi pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Buku pertama kisah hikmah yang ditulisnya di Krakow baru dicetak awal maret 2012 oleh penerbit Eramuslim Global Media, dengan judul “Catatan CintaNya di Krakow-seri 1.”Artikel ini di Posting : Ruly Abdillah Ginting Tentang Dunia Islam
Terima Kasih sahabat telah membaca : Islam Solusiku Silahkan membaca artikel lainnya tentang Mualaf
di sini Tentang Dunia Islam
Anda bisa menyebarluaskan artikel ini, Asalkan meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
Anda bisa menyebarluaskan artikel ini, Asalkan meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment